PENDEKATAN TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
a.
Arousal Theory
(Teori Arousal)
Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit.
Pembangkit yang berarti gairah atau emosi individu untuk mengerjakan
sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak
menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan
mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal itu dapat diartikan bahwa kita
tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Sedangkan kaitannya dengan
Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja
dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal
seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.
b.
Teori Beban
Lingkungan
Asumsi dari teori ini adalah, bahwa manusia memiliki
pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch
& Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adlaah: 1. Bahwa manusia memiliki
kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas. 2. Jumlah Atensi yang diberikan
orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan. 3. Ketika
informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara
maksimal. 4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki
makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak
akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.
c.
Teori Hambatan
Perilaku
Asumsi dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan
menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga
berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi. Menurut Brehm dan
Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang
kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak
nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini
disebut dengan fenomena psychological
reactance.
Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban
lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak
negative bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah
pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau
adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan
suatu lingkungan tertentu. Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3
dimensi hubungan perilaku lingkungan: 1. Intensitas, yang berhubungan dengan
kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru
sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan
informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika
terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan. 3. Keterpolaan, berkaitan
dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi
oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu,
dan begitupun sebaliknya.
e.
Teori Stress
Lingkungan
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi
maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress
dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal.
Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu
memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis
maka dapat terjadi exhausted
atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin,
1995).
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
a.
Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode
korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas
eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan
informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata
tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data. Namun sesempurna apapun suatu studi
juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas
internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat
validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
b.
Eksperiment
Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas
internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch &
Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn
manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang
mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua
subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun
kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di
laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
c.
Eksperimen
Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan
Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan
validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas
eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap
melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member
perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu.
d.
Teknik-Teknik
Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran
dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring,
administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain :
·
Self-report
·
Kuisioner
·
Wawancara
atau Interview
·
Skala Penilaian
CONTOH
KASUS
“ TINGKAT STRESS DI LINGKUNGAN REMAJA”
Ada seorang remaja yang mencoba bunuh diri di mall akibat
putus cinta atau Seorang remaja ditemukan gantung diri akibat gagal dalam UAN.
Mungkin dari kedua kasus tersebut sekarang ini sudah sering kita dengar baik
itu di media cetak maupun elektronik. Jika kita telaah secara rinci kebanyakan
dari hal-hal tersebut dikarenakan oleh faktor llingkungan ataupun stress tang
berasal dari dirinya sendiri.
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan
kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila
kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan
kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan.
Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering
membawa manusia berada dalam keadaan stress. Stress dapat dialami oleh segala
lapisan umur.
Stress dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis.
Kuman-kuman penyakit yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stress biologis
yang menimbulkan berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis
dapat bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan rasa
sejahtera dan keseimbangan hidup.
Sumber stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis
Krisis adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan
menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian
sehari-hari. Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan
sebagainya.
2. Frutrasi
Frustrasi adaah kegagalan dalam usaha pemuasan
kebutuhan-kebutuhan/dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi
timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari
luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat
mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu
cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik
Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan
yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengenalikan
dorongan-dorongan naluri tersebut.
4. Tekanan
Stress dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan
tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri:
cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu
menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi).
Akibat stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap
stress. Umumnya stress yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut,
tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat
dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit
tidur). Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan
efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya
dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.
Reaksi
seseorang terhadap stress berbeda-beda tergantung dari:
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
Jika kita kupas dari sudut pandang teori tentang
lingkungan :
Teori Arousal
Dari teori yang diterjemahkan sebagai penyemangat atau
arousal ini mungkin remaja pada jaman sekarang yang kekurangan perhatian dari
orang tua yang identik dengan kesibukan pekerjaan dan kepentingan
masing-masing.
Teori beban lingkungan
Dari latar belakang yang ada, remaja zaman sekarang yang
sudah semakin maju namun terlalu erat dengan pergaulan bebas mengemban tugas
yang berat bagi usia remaja yang masih membutuhkan sedikit waktu luang yang
seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan terkesan sedikit santai
sehingga tidak terlalu berat beban yang menyebabkan stres.
Teori hambatan perilaku
Adanya hambatan perilaku yang terhalangi oleh
faktor-faktor tertentu yang biasa diakibatkan faktor eksternal yangh
menyebabkan stres pada remaja.
Teori tingkat adaptasi
Remaja
yang sulit untuk beradaptasi dan sulit mengaktualisasikan dirinya akan
cenderung introvert dan mengalami stres.
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
a.
Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode
korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas
eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan
informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata
tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data. Namun sesempurna apapun suatu studi
juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas
internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat
validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
b.
Eksperiment
Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas
internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch &
Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn
manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang
mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua
subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun
kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di
laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
c.
Eksperimen
Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan
Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan
validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas
eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap
melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member
perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu.
d.
Teknik-Teknik
Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran
dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring,
administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain :
·
Self-report
·
Kuisioner
·
Wawancara
atau Interview
·
Skala Penilaian
CONTOH
KASUS
“ TINGKAT STRESS DI LINGKUNGAN REMAJA”
Ada seorang remaja yang mencoba bunuh diri di mall akibat
putus cinta atau Seorang remaja ditemukan gantung diri akibat gagal dalam UAN.
Mungkin dari kedua kasus tersebut sekarang ini sudah sering kita dengar baik
itu di media cetak maupun elektronik. Jika kita telaah secara rinci kebanyakan
dari hal-hal tersebut dikarenakan oleh faktor llingkungan ataupun stress tang
berasal dari dirinya sendiri.
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan
kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila
kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan
kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan.
Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering
membawa manusia berada dalam keadaan stress. Stress dapat dialami oleh segala
lapisan umur.
Stress dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis.
Kuman-kuman penyakit yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stress biologis
yang menimbulkan berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis
dapat bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan rasa
sejahtera dan keseimbangan hidup.
Sumber stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis
Krisis adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan
menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian
sehari-hari. Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan
sebagainya.
2. Frutrasi
Frustrasi adaah kegagalan dalam usaha pemuasan
kebutuhan-kebutuhan/dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi
timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari
luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat
mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu
cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik
Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan
yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengenalikan
dorongan-dorongan naluri tersebut.
4. Tekanan
Stress dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan
tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri:
cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu
menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi).
Akibat stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap
stress. Umumnya stress yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut,
tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat
dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit
tidur). Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan
efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya
dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.
Reaksi
seseorang terhadap stress berbeda-beda tergantung dari:
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
Jika kita kupas dari sudut pandang teori tentang
lingkungan :
Teori Arousal
Dari teori yang diterjemahkan sebagai penyemangat atau
arousal ini mungkin remaja pada jaman sekarang yang kekurangan perhatian dari
orang tua yang identik dengan kesibukan pekerjaan dan kepentingan
masing-masing.
Teori beban lingkungan
Dari latar belakang yang ada, remaja zaman sekarang yang
sudah semakin maju namun terlalu erat dengan pergaulan bebas mengemban tugas
yang berat bagi usia remaja yang masih membutuhkan sedikit waktu luang yang
seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan terkesan sedikit santai
sehingga tidak terlalu berat beban yang menyebabkan stres.
Teori hambatan perilaku
Adanya hambatan perilaku yang terhalangi oleh
faktor-faktor tertentu yang biasa diakibatkan faktor eksternal yangh
menyebabkan stres pada remaja.
Teori tingkat adaptasi
Remaja
yang sulit untuk beradaptasi dan sulit mengaktualisasikan dirinya akan
cenderung introvert dan mengalami stres.
SUMBER
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar